BAB I
PENDAHULUAN
Arti dan Kategori Filsafat
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu dan suatu metode berpikir atau cara berpikir untuk memecahkan problem-problem gejala alam dan masyarakat. Filsafat merupakan sikap hidup manusia dan sebagai pedoman untuk bertindak dalam menghadapi gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun, filsafat bukan berarti suatu kepercayaan yang dogmatis dan membuta.
Filsafat mempersoalkan tentang masalah-masalah etika/moral, estetika/seni, sosial/politik, epistemologi/tentang pengetahuan, ontologi/tentang manusia. Kategori persoalan filsafat meliputi soal-soal hubungan antara bentuk dan isi, sebab dan akibat, gejala dan hakekat, keharusan dan dan kebetulan, keumuman dan kekhususan.
Filsafat mempersoalkan soal-soal yang pokok. Sedangkan soal yang terpokok dari persoalan filsafat adalah soal hubungan antara ide dan materi, fikiran dan keadaan. Mana yang primer dan mana yang sekunder di antara keduanya itu, ide atau materi, fikiran atau keadaan. Jawaban dari persoalan terpokok tersebut akan membagi semua aliran filsafat menjadi dua kubu, kubu filsafat Idealisme dan kubu filsafat Materialisme.
Semua aliran filsafat yang memandang dan menyatakan ide atau pikiran sebagai hal yang primer, dan materi atau keadaan sebagai suatu hal yang sekunder, termasuk dalam kubu filsafat Idealisme. Sebaliknya, semua aliran filsafat yang memandang dan menyatakan materi atau keadaan sebagai hal yang primer, dan ide atau pikiran sebagai hal yang sekunder, termasuk dalam kubu filsafat Materialisme.
Aliran dan Kubu Filsafat
Filsafat mempunyai banyak sekali aliran. Tapi dari semua aliran yang banyak sekali itu bisa dibagi hanya dalam dua kubu, yakni kubu filsafat Idealisme dan kubu filsafat Materialisme. Aliran pokok filsafat adalah idealisme dan materialisme. tapi, di samping dua aliran yang pokok itu, terdapat pula aliran filsafat dualisme.
Walau begitu, aliran filsafat dualisme pada hakekatnya adalah aliran filsafat idealisme juga karena pandangannya didasarkan pada ide yang mereka reka. Filsafat dualisme memandang ide dan materi, pikiran dan keadaan, sebagai hal yang kedua-duanya primer atau tidak ada yang sekunder. Pandangan seperti itu pasti tidak berdasarkan atas kenyataan. Itulah idealismenya filsafat dualisme.
Watak dan Kelas Filsafat
Filsafat selalu mencerminkan watak dan mewakili kepentingan kelas tertentu. karena itu filsafat selalu mempunyai dan merupakan watak dari suatu kelas.
Filsafat idealisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan kelas pemilik alat produksi yang menindas dan menghisap yaitu kelas-kelas tuan budak atau pemilik budak, kelas tuan feodal atau tuan tanah, kelas borjuis atau kapitalis dan sebagainya. Tetapi sebaliknya, filsafat materialisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan kelas bukan pemilik alat produksi yang tertindas dan terhisap, yaitu klas buruh dsb. Sedang filsafat dualisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan klas pemilik alat produksi tapi yang tertindas dan juga terhisap yaitu klas borjuis kecil dsb.
Pentingnya Berfilsafat dan Cara Belajar Berfilsafat
Berfilsafat itu penting. Dengan berfilsafat, orang akan mempunyai pedoman untuk bersikap dan bertindak secara sadar dalam menghadapi gejala-gejala yang timbul dalam alam dan masyarakat. Kesadaran tersebut akan membuat sesorang menjadi tidak mudah digoyahkan dan diombang-ambingkan oleh timbul-tenggelamnya gejala-gejala yang dihadapi.
Sedangkan untuk berfilsafat, orang harus belajar filsafat. Dan belajar filsafat harus dengan cara yang benar. Cara belajar filsafat adalah harus menangkap ajaran dan pengerttiannya secara ilmu, lalu memadukan ajaran dan pengertiannya itu dengan praktek. Selanjutnya mengambil pengalaman dari praktek itu, dan kemudian menyimpulkan praktek itu secara ilmu.
Arti Berfilsafat
Berfilsafat berarti bersikap dan bertindak secara sadar berdasarkan ilmu dan metode berpikir terhadap gejala-gejala alam dan masyarakat yang dihadapi. Berfilsafat bukan bersikap dan berindak secara tradisi, menurut kebiasaan atau berdasarkan naluri turun-temurun dalam menghadapi dan memecahkan problem-problem gejala-gejala itu.
Filsafat Materialisme Dialektika dan Historis (MDH):
a. Arti MDH.
Materialisme Dialektik berarti pandangannya secara materialis dan metodenya secara dialektis. Sedangkan materialisme historis berarti materialisme dialektik yang diterapkan dalam gejala sosial atau masyarakat.
b. Lahirnya MDH dan Penciptanya.
Filsafat MDH lahir sesudah lahirnya berbagai macam filsafat yang pandangannya materialis atau yang metodenya dialektis. Sedangkan penciptanya adalah Karl Marx. Filsafat MDH diciptakan oleh Karl Marx dan menjadi filsafat Marxisme.
Filsafat MDH merupakan hasil kesimpulan dan ciptaan Karl Marx belajar dan mengambil dari kebenaran ajaran pandangan filsafat mateerialisme Feuerbach dan metode filsafat dialektik Hegel. Karl Marx mengambil isinya yang benar dari pandangan materialis filsafat Feuerbach dan membuang kulitnya yang salah dari metodenya yang metafisis. Selanjutnya Karl Marx mengambil isinya yang benar dari metode dialektis filsafat Hegel dan membuang kulitnya yang salah dari pandangannya yang idealis.
Karl Marx menerima kebenaran pandangan materialisme filsafat Feuerbach, tetapi menolak kesalahan metodenya yang metafisis. Dan Karl Marx juga menerima kebenaran metode dialektis filsafat Hegel, tapi menolak kesalahan pandangannya yang idealis.
Kesimpulan dari itu, maka Karl Marx menciptakan filsafat MDH dan lahirlah filsafat MDH Karl Marx.
c. Ciri dan watak kelas MDH
Ciri-ciri filsafat MDH ialah ilmiah, obyektif, universil, praktis, lengkap dan revolusioner.
- Ilmiah karena metodenya dialektis.
- Obyektif karena pandangannya materialis.
- Universil karena ajarannya tidak hanya berlaku di dalam alam saja, tetapi juga berlaku di dalam masyarakat.
- Praktis karena ajarannya dapat dibuktikan dan dilaksanakan.
- Lengkap karena ajarannya tidak hanya bicara soal alam, tapi juga soal masyarakat.
- Revolusioner karena ajarannya selalu berpihak kepada apa yang sedang tumbuh dan akan melawan apa yang sedang melayu berdasarkan hukum perkembangannya. Selanjutnya, selalu menuntut adanya penghancuran terhadap apa yang sudah tua, dan membangun baru dan yang lebih maju.
Filsafat MDH mencerminkan watak dan mewakili kepentingan kelas bukan pemilik alat produksi yaitu kelas buruh atau kelas proletar yang terhisap dan tertindas, serta merupakan satu-satunya filsafat yang berpihak kepada kelas buruh atau kelas proletar itu.
d. MDH dan Kelas buruh serta Peranannya
Filsafat MDH merupakan senjata moral bagi perjuangan kelas buruh. Tanpa filsafat MDH, perjuangan kelas buruh tidak akan mempunyai kekuatan raksasa. Perjuangannya tidak akan mencapai hasil yang fundamental, dan akan gagal. Sebaliknya, kelas buruh merupakan senjata material bagi filsafat MDH. Tanpa kelas buruh, filsafat MDH tidak akan mempunyai kekuatan dan tidak akan ada artinya sebagai ilmu sosial. Sebab, hanya kelas buruh yang mampu dan konsekuen melaksanakan ajaran filsafat MDH di dalam praktek.
e. Pentingnya berfilsafat MDH
Filsafat MDH adalah filsafat yang benar. Karena itu berfilsafat MDH penting. Dengan berfilsafat MDH, orang akan memiliki ilmu berpikir, pandangan, dan metode berpikir yang benar. Dengan itu berarti mempunyai pedoman yang tepat untuk mengambil sikap dan bertindak yang tepat dalam menghadapi gejala-gejala dan memecahkan problem-problemnya yang timbul di dalam alam dan masyarakat.
Dengan begitu, orang yang berfilsafat MDH akan memiliki pandangan yang jauh ke depan dan revolusioner. juga akan mempunyai sikap yang teguh dan konsekuen, tidak mudah digoyahkan dan diombang-ambingkan oleh keadaan atau oleh gejala-gejala yang dihadapi.
f. Cara belajar filsafat MDH
Filsafat MDH adalah suatu ilmu dan merupakan senjata perjuangan revolusioner kelas buruh atau kelas yang tertindas dan terhisap. Karena itu belajar filsafat MDH harus secara ilmiah dan berwatak kelas buruh, yakni:
- Dengan pendirian kelas proletar dan melawan ideologi kelas non proletar yang ada dalam diri sendiri.
- Secara ilmiah dan melaksanakannya di dalam praktek.
- Menarik pengalaman dari pelaksanaan praktek dan menyimpulkan hasil praktek itu.
- Menangkap pengertian dan menggenggam semangat revolusionernya serta harus selalu menuntut adanya perubahan dengan membangun yang baru dan lebih maju.
BAB II
MATERIALISME DIALEKTIK
1. Monisme dan Dualisme:
Monisme adalah suatu sistem pandangan filsafat yang bertitik tolak dari satu dasar pandangan, yaitu dari materi atau dari ide. Sedangkan Dualisme adalah suatu sistem pandangan filsafat yang bertitik tolak dari dua dasar pandangan, yaitu dari materi dan ide sekaligus.
Dengan begitu, filsafat materialisme dan idealisme walau pandangannya bertitik tolak dari dasar yang bertentangan, tapi sistem pandangannya itu sama, yaitu monisme. Jadi sistem pandangan filsafat materialisme dan idealisme adalah sama-sama monois. Artinya, pandangannya sama-sama bertitik tolak dari hanya satu dasar, yaitu dari dasar materi atau dari dasar ide. Bedanya, dari sistem pandangan monoisme filsafat materialisme bertitik tolak dari dasar materi. Sebaliknya, sistem pandangan monoisme filsafat idealisme bertitik tolak dari dasar ide.
2. Materialisme, idealisme dan dualisme:
a. Materialisme:
Materialisme adalah satu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari materi. Materialisme memandang bahwa materi itu adalah primer, sedangkan ide ditempatkan sebagai sekundernya. Sebab materi itu timbul atau ada lebih dulu, kemudian baru ide.
Pandangan materialisme itu berdasarkan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat. Artinya,
- Menurut proses waktu: Lama sebelum manusia yang bisa mempunyai ide itu ada atau lahir di dunia, dunia dan alam atau materi ini sudah ada lebih dahulu.
- Menurut proses zat:Manusia ini tidak bisa berpikir atau tidak bisa mempunyai ide tanpa ada atau tanpa mempunyai otak. Dan otak itu adalah suatu materi. Otak itu adalah materi, tapi materi atau benda yang berpikir. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada, baru kemudian bisa timbul ide atau pikiran pada kepala manusia.
b. Idealisme:
Idealisme adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari ide (gagasan). Idealisme memandang ide itu primer kedudukannya, sedang materei sekunder. Ide itu timbul atau ada lebih dahulu, baru kemudian materi. Segala sesuatu yang ada ini timbul sebagai hasil yang diciptakan oleh ide atau pikiran, karena ide atau pikiran itu timbul lebih dahulu, baru kemudian sesuatu itu ada.
Terhadap adanya pandangan yang demikian itu, Lenin dengan tajam mengkritik idealisme sebagai filsafat yang tanpa otak.
c. Dualisme:
Dualisme adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari materi dan ide sekaligus. Dualisme memandang bahwa materi dan ide itu sama-sama primernya. Tidak ada yang sekunder. Kedua-duanya timbul dan ada persamaan. Materi itu ada karena ada ide atau pikiran. Juga sebaliknya, ide atau pikiran itu ada karena ada materi. Tapi pada hakekatnya, pandangan dualisme yang demikian itu juga idealis, karena pandangan seperti itu tidak lain hanya pada ide, dan tidak ada dalam kenyataan.
Dengan begitu, Filsafat materialisme adalah filsafat yang obyektif. Sebaliknya, filsafat idealisme adalah filsafat yang subyektif karena pandangannya bertitik tolak dari ide atau pikiran.
3. Aliran Materialisme dan idealisme:
a. Aliran Materialisme
Filsafat materialisme mempunyai banyak macam aliran. Dari banyak macam aliran materialisme itu terdapat tiga aliran yang besar dan pokok, yaitu materialisme mekanik, materialisme metafisik dan materialisme dialektik. Ketiga asliran filsafat itu mempunyai perbedaan-perbedaan antara yang satu dengan yang lain, dan bahkan juga terdapat saling pertentangannya.
- Materialisme mekanik:
Materialisme mekanik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, sedangkan metodenya mekanis. Ajaran materialisme mekanik ialah bahwa materi itu selalu dalam keadaan gerak atau berubah. Geraknya itu adalah gerak yang mekanis, artinya gerak yang yang tetap begitu saja selamanya seperti yang telah terjadi, atau gerak yang berulang-ulang seperti geraknya mesin yang tanpa perkembangan atau peningkatan.
- Materialisme metafisik:
Materialisme metafisik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, sedangkan metodenya metafisis. Ajaran materialisme metafisik mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan diam, tetap, tidak berubah selamanya. Tapi seandainya materi itu berubah, maka perubahan itu terjadi karena faktor luar atau karena kekuatan dari luar. Gerak materi itu gerak ekstern atau disebut gerak luar. Selanjutnya materi itu dalam keadaan yang terpisah-pisah, tidak mempunyai dan tidak ada saling hubungan antara yang satu dengan yang lain.
- Materialisme dialektik:
Materialisme dialektik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, sedangkan metodenya dialektis. Ajaran materialisme dialektik mengajarkan bahwa materi itu selalu saling punya hubungan, saling mempengaruhi, dan saling bergantung antara yang satu dengan yang lain. Bukannya saling terpisah-pisah atau berdiri sendiri. Materi itu juga selalu dalam keadaan gerak, berubah dan berkembang. Bukannya selalu diam, tetap atau tidak berubah.
Selanjutnya, gerak materi itu merupakan gerak intern, yaitu gerak atau berubah karena dari faktor dalamnya atau karena kekuatan dari dalamnya sendiri. Bukannya gerak ekstern, yaitu gerak atau berubah karena faktor atau karena kekuatan dari luar.
Kemudian gerak materi itu secara dialektis, yaitu gerak atau berubah menuju ke tingkatnya yang lebih tinggi dan lebih maju seperti spiral. Bukannya gerak mekanis.
Adapun yang disebut "diam", itu hanya tampaknya atau bentuknya. Sebab, hakekat dari gejala yang tampaknya atau bentuknya "diam" itu, isinya tetap gerak. Jadi, "diam" itu juga satu bentuk gerak.
b. Aliran Idealisme
Filsafat idealisme mempunyai dua aliran, yaitu aliran idealisme obyektif dan idealisme subjektif.
- Idealisme obyektif:
Idealisme obyektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya idealis, dan idealismenya itu bertitik-tolak dari ide universil, ide di luar ide manusia. Menurut idealisme obyektif, segala sesuatu yang timbul dan terjadi, baik dalam alam maupun dalam masyarakat, adalah hasil atau karena diciptakan oleh ide universil.
- Idealisme subjektif:
Idealisme subjektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya idealis, dan pandangan idealismenya itu bertitik-tolak dari ide manusia atau idenya sendiri. Menurut idealisme subjektif, segala sesuatu yang timbul dan terjadi --baik dalam alam maupun dalam masyarakat-- adalah karena hasil atau karena ciptaan oleh ide manusia atau oleh idenya sendiri.
4. Materi dan Ide
a. Materi:
Materi mempunyai arti yang berbeda, yaitu antara arti menurut pengertian filsafat dan arti menurut pengertian ilmu alam. Arti materi menurut pengertian filsafat adalah luas, sedangkan arti menurut pengertian ilmu alam adalah terbatas.
Dalam arti menurut filsafat, materi adalah segala sesuatu yang ada secara obyektif, ada di luar ide atau di luar kemauan manusia. Materi adalah segala sesuatu yang bisa disentuh dan bisa ditangkap oleh indera manusia, serta bisa menimbulkan ide-ide tertentu. Adapun dalam arti menurut pengertian ilmu alam, materi adalah segala sesuatu yang mempunyai susunan atau yang tersusun secara organis, atau yang berarti disebut dengan benda.
Dengan begitu, pengertian filsafat tentang materi berarti sudah mencakup pula dengan pengertian materi menurut ilmu alam.
Materi mempunyai peranan menentukan ide dan perkembangannya. Materi bisa menimbulkan ide atau mendorong timbulnya ide. Suatu ide timbul sesudah lebih dulu suatu materi timbul dan ditangkap oleh indera. Adalah jelas, bahwa materi yang bernama otak yang "memproduksi" ide.
b. Ide (Gagasan):
Ide (Gagasan) adalah cermin dari materi atau merupakan bentuk lain dari materi. Tetapi, ide itu tidak mesti persis sama seperti matei yang dicerminkan. Ide selalu berada di atas atau di depan materi. Ide bisa menjangkau jauh di depan materi. Namun, ide tetap tidak bisa lepas dari materi.
Materi dan ide adalah dua bentuk lain dari gejala yang satu dan sama. Materi menentukan ide, sedangkan ide mempunyai pengaruh terhadap perkembangan materi. Jadi ide juga mempunyai peranan aktif, tidak pasif seperti cermin biasa.
5. Gerak
Gerak adalah suatu eksistensi dari adanya materi atau suatu pernyataan dari adanya materi. Ini berarti bahwa sesuatu yang bergerak adalah selalu materi. Tidak ada gerak tanpa materi, atau tidak ada gerak yang bukan materi. Ini sama halnya bahwa tidak ada materi tanpa gerak.
Segala sesuatu itu selalu bergerak, berubah dan berkembang. Tidak ada sesuatu yang tetap, kecuali gerak itu sendiri. Artinya bahwa segala sesuatu itu tetap dalam keadaan gerak. Bahwa gerak itu tetap berlangsung terus selamanya bagi segala sesuatu.
Gerak mempunyai dua bentuk utama, yaitu gerak mekanis dan gerak dialektis.
- Gerak mekanis:
Gerak mekanis adalah gerak atau perubahan yang bersifat berulang-ulang, yang tetap dalam lingkungannya yang lama, dan tidak akan menuju atau mencapai perubahan yang bersifat kualitatif atau yang bersifat lebih tinggi dan lebih maju.
Gerak mekanis adalah gerak yang bersifat kuantitatif, gerak yang begitu saja terus menerus, berulang-ulang seperti bergeraknya sebuah mesin.
- Gerak dialektis:
Gerak dialektis adalah gerak atau perubahan yang bersifat meningkat (progresif), dari tingkatannya yang rendah menuju ke tingkatannya yang lebih tinggi sampai mencapai kualitas yang baru.
Gerak atau perubahan dialektis dari tingkatannya yang rendah menuju ke tingkatannya yang tinggi sampai mencapai kualitas yang baru, itu tampaknya juga seperti mengulangi dalam bentuknya pada tingkat yang rendah. Tapi bentuk yang baru itu sudah dalam keadaan kualitas yang lebih tinggi. Jadi tidak mengulangi kembali seperti semula dalam bentuk pada tingkatannya yang lama. Arah gerak perubahan dialektis adalah seperti spiral.
- "Diam":
"Diam" itu juga merupakan suatu bentuk gerak.. sifatnya sangat relatif atau sangat sementara sekali. artinya bentuk "diam" itu hanya bersifat sangat sementara karena di dalam yang "diam" itu juga terdapat proses gerak dari kekuatan-kekuatan yang berkontradisi dan saling mendorong yang ketika itu sedang bertemu pada suatu titik. kekuatan-kekuatan itu sama kuatnya sehingga salah satunya tidak ada yang tergeserkan dari titik bertemunya. Keadaan itulah yang menampakkan gejala seolah-olah sesuatu itu dalam keadaan "diam".
Tapi keadaan "diam" itu sangat relatif atau sangat sementara karena dua kekuatan yang saling berkontradiksi dan saling mendorong itu pada saat dan akhirnya pasti akan segera ada yang terdesak dan tergeser dari tempatnya. pada saat terjadinya pergeseran itulah akan tampak dengan nyata gejala gerak atau perubahan
Kecuali itu, keadaan yang tampaknya diam juga bisa terjadi karena proses perubahan sesuatu belum sampai pada pengubahan kualitas atau pengubahan bentuknya yang lama, masih bersifat pada pengubahan secara kuantitas sehingga belum mampu menunjukkan gejala-gejala perubahannya.
Keadaan yang itu pula yang menampakkan gejala seolah-olah sesuatu itu dalam keadaan "diam", tetapi sebenarnya di dalam sesuatu yang tampaknya "diam" itu terus berlangsug proses gerak atau proses perubahan. Maka dalam waktu yang sangat relatif atau sangat sementara bila proses gerak atau proses perubahan itu sudah sampai pada pengubahan kualitas, gejala gerak atau perubahan sesuatu itu akan tampak dengan jelas.
Gerak atau perubahan itu sendiri karena dari adanya faktor internal atau karena adanya kekuatan-kekuatan yang mendorongnya di dalamnya, di dalam materi itu sendiri.
Gerak materi adalah gerak intern. Faktor atau kekuatan intern dari materi itu sendiri yang akan menentukan gerak atau perubahannya. Sedangkan faktor luar atau kekuatan-kekuatan yang mendorong dari luar adalah faktor atau kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengaruh terhadap keadaan intern suatu materi. Peranan dari faktor atau kekuatan luar itu bisa menghambat atau mempercepat, bahkan bisa juga menentukan gerak atau perubahan suatu materi. Tapi, bagaimana pun juga pengaruh faktor luar atau kekuatan itu, pada akhirnya yang paling menentukan adalah faktor intern dari materi itu sendiri.
6. Materi, Ruang dan Waktu
Materi, Ruang dan Waktu adalah merupakan hal yang selalu saling hubungan dan tidak terpisahkan. Materi selalu berada dalam ruang dan berkembang menurut waktu. Tidak ada materi tanpa atau berada di luar ruang, juga tidak ada materi berkembang tanpa waktu. Materi di dalam ruang, menyebabkan materi mempunyai saling hubungan antara yang satu dengan yang lain. Sedang materi di dalam waktu, membuat materi itu bisa menjadi berkembang.
Ruang adalah sesuatu yang mempunyai luas dan isi materi. Tidak ada ruang yang kosong tanpa materi, dan ruang mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain. Adapun sifat hubungan itu adalah horisontal atau mendatar. Karena itu ruang dapat dicapai secara berulang dan lebih dari satu kali. Ruang menempatkan materi yang ada di dalamnya untuk berkembang sesuai dengan luas ruang itu.
Waktu adalah detik-detik yang terus bersambung tanpa ada berhentinya. Detik-detik yang terus bersambung itu, hubunganny adalah bersifat vertikal atau bersusun. Karena itu detik-detik atau waktu tidak bisa dicapai secara berulang-ulang lebih dari satu kali. Sebab waktu terus berjalan maju, terus berlalu tanpa berhenti dan tidak kembalai pada detik-detik yang telah lewat. Maka, waktu menempatkan materi untuk berkembang mengikuti jalannya waktu yang terus maju. Waktu terus-menerus mendorong materi untuk berkembang lebih maju secara historis, bersusun tingkat demi tingkat, fase demi fase dalam proses yang terus berlangsung.
Demikian materi, ruang dan waktu mempunyai saling hubungan yang erat dan konden, yang sama sekali tidak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain. Materi berada dan berkembang dalam ruang dan waktu. Materi berkembang dalam ukuran luas ruang dan maju menurut tingkatan waktu.
7. Saling Hubungan
Saling hubungan ini dalam arti hubungan yang konkrit dan mempunyai saling pengaruh antara materi yang satu dengan yang lain. Hubungan yang wajar, bukan hubungan yang abstrak dan diada-adakan atau direka-reka. Saling hubungan yang demikian itu ada empat macam, yaitu saling hubungan organik, saling hubungan menentukan, saling hubungan pokok, serta saling hubungan keharusan dan kebetulan.
a. Saling hubungan organik:
Saling hubungan organik adalah saling hubungan yang mempunyai saling pengaruh antara yang satu dengan yang lain. Saling hubungan dalam rangka kesatuan organik. Saling hubungan yang tersusun dan saling terikat.
b. Saling hubungan yang menentukan:
Saling hubungan yang menentukan adalah saling hubungan yang hakiki, yang menentukan adanya sesuatu, atau saling hubungan hakekat dari adanya sesuatu dan yang juga merupakan hakekat sesuatu itu sendiri.
c. Saling hubungan pokok:
Saling hubungan pokok adalah saling hubungan yang menjadi poros dan memimpin semua saling hubungan yang lain, atau saling hubungan yang paliung mempengaruhi saling hubungan-saling hubungan yang lain, dan juga paling mempengaruhi perkembangan sesuatu yang mengandungnya.
d. Saling hubungan keharusan dan kebetulan:
Saling hubungan keharusan adalah saling hubungan yang pasti dan harus terjadi atau harus ada, atau saling hubungan yang tidak bisa ditiadakan dan tidak bisa dihindari. Adapun saling hubungan kebetulan adalah saling hubungan yang tidak tentu terjadi didalam saling hubungan yag organis. Tapi bial saling hubungan itu terjadi,akan mempunyai pengaruh terhadap saling hubungan yang organis itu.
BAB III
DIALEKTIKA MATERIALIS
Inti dari permasalahan dialektika adalah masalah saling hubungan dari segala sesuatu, serta masalah gerak atau masalah perubahan dan perkembangan segala sesuatu itu. Dalam masalah gerak, Dialektika Materialis mempersoalkan dan mempunyai tiga asas gerak, yaitu: Kontradiksi, Perubahan Kuantitatif ke Kualitatif, dan Negasi dari Negasi.
1. Kontradiksi :
a. Arti dan peranan kontradiksi
Kontradiksi adalah pertentangan atau perbedaan. Kontradiksi ini mempunyai sifat umum dan khusus, atau mempunyai sifat keumuman dan kekhususan.
- Keumuman kontradiksi :
Kontradiksi itu ada dimana-mana dan dalam seluruh waktu. Terdapat di segala sesuatu, di mana pun dan kapan pun selalu dan pasti mengandung kontradiksi. Kontradiksi itu terjadi dan berlangsung terus menerus melalui proses awal dan akhir. Artinya, kontradiksi itu pasti mempunyai awal dan juga mempunyai akhir. Ada awal kontradiksi dan ada akhir kontradiksi. Dan sesudah kontradiksi itu berakhir, pasti disusul atau timbul lagi kontradiksi baru yang juga mempunyai awal dan kemudian juga akan berakhir pula.
Begitu terus menerus, kontradiksi itu tidak akan ada putus-putusnya. Berakhir yang satu, berawal yang baru. Selesai yang satu, timbul yang baru.
- Kekhususan kontradiksi :
Kontradiksi itu berbeda-beda menurut adanya didalam sesuatu hal yang berbeda-beda pula. Artinya, karena hal yang satu berbeda dengan hal yang lain,maka hal yang ada atau yang dikandung didalam dalam hal yang berbeda itu, juga berbeda.
Kontradiksi itu tidak hanya berbeda menurut halnya yang berbeda, tetapi juga berbeda-beda menurut tingkat-tingkat perkembangan di dalam satu hal itu. Artinya karena tingkat-tingkat perkembangandidalam satu hal itu berbeda-beda, maka kontradiksi yang berlangsung pada tingkat perkembangan tertentu, juga berbeda dengan kontradiksi pada tingkat perkembangannya yang lain.
b. Macam Kontradiksi
Kontradiksi yang ada di dalam sesuatu itu tidak hanya satu, tetapi lebih dari satu atau banyak. Dan kontradiksi yang banyak itu tidak semua sama kedudukannya, juga tidak semua sama peranannya, sifatnya dan wataknya.
Ada tiga macam kontradiksi, yaitu: Kontradiksi pokok, Kontradiksi dasar, dan Kontradiksi antagonis.
- Kontradiksi pokok:
Kontradiksi pokok adalah kontradiksi yang menjadi poros, yang memimpin dan menentukan adanya kontradiksi-kontradiksi yang lain yang tidak pokok. Kontradiksi pokok itu di dalam penyelesaiannya harus diutamakan. Sedangkan kontradiksi tidak pokok adalah kontradiksi yang muncul ditentukan oleh kontradiksi pokok, dan perkembangannya dipimpin dan tunduk kepada kontradiksi pokok itu.
- Kontradiksi dasar:
Kontradiksi dasar adalah kontradiksi yang kepentingannya sama sekali bertentangan antara yang satu dengan yang lain dan tidak bisa dikompromikan (baca: tidak bisa didamaikan). Kontradiksi dasar juga merupakan kontradiksi yang menentukan adanya sesuatu dan menentukan bentuk dari sesuatu itu.
- Kontradiksi antagonis:
Kontradiksi antagonis mempunyai dua pengertian, yaitu antagonis dalam artian wataknya atau disebut dengan kontradiksi yang berwatak antagonis dan antagonis dalam artian bentuknya atau disebut dengan kontradiksi yang berbentuk antagonis..
Kontradiksi antagonis dalam artian wataknya atau kontradiksi yang berwatak antagonis adalah kontradiksi yang kepentingannya sama sekali bertentangan antara yang satu dengan yang lain dan tidak bisa didamaikan, serta mengandung saling menghancurkan dengan unsur-unsur kekerasan dalam penyelesaiannya.
Kontradiksi antagonis dalam artian bentuknya atau kontradiksi yang berbentuk antagonis adalah kontradiksi yang penyelesaiannya mengambil bentuk kekerasan, walau watak kontradiksinya sendiri tidak antagonistis.
Ketiga macam kontradiksi itu mempunyai saling hubungan, meskipun tidak tentu satu kontradiksi mengandung ketiga macam kontradiksi itu sekaligus. Artinya, kontradiksi pokok tidak tentu kontradiksi dasar, dan juga tidak tentu kontradiksi yang berwatak antagonis. Akan tetapi, kontradiksi dasar, salah satu tentu menduduki dan menjadi sebagai kontradiksi pokoknya. Kontradiksi dasar itu sendiri tidak tentu kontradiksi yang antagonis, baik antagonis dalam artian wataknya maupun antagonis dalam artian bentuknya. Sedang kontradiksi yang antagonis dalam artian wataknya yang antagonis, tentu saja mengandung kontradiksi dasar. Dan kontradiksi yang berwatak antagonis itu tentu menduduki serta menjadi sebagai kontradiksi pokok.
c. Segi-segi kontradiksi
Setiap kontradiksi di dalam sesuatu hal, tentu mengandung segi-segi yang berkontradiksi, atau di dalam setiap hal tentu mengandung segi-segi yang berkontradiksi.
Hakekat dari hukum kontradiksi adalah hukum persatuan dan perjuangan dari segi-segi yang bertentangan, dan hakekat dari belajar tentang dialektika adalah belajar tentang hukum kontradiksi tersebut..
Segi-segi yang berkontradiksi selalu mempunyai kedudukan dan peranan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, yaitu sbb:
- Segi pokok dan segi tidak pokok
Segi pokok adalah segi yang memimpin segi yang lain yang tidak pokok. Segi tidak pokok tunduk kepada segi pokok. Sebab, segi pokok merupakan segi yang menuntut bahwa permasalahannya segera untuk diselesaikan atau dipenuhi, dan merupakan segi yang membawa arah jalannya segi yang lain yang tidak pokok.
- Segi berdominasi dan segi tidak berdominasi
Segi berdominasi adalah segi yang menentukan kualitas sesuatu. Di dalam masyarakat, segi yang berdominasi berarti segi yang berkuasa, dan juga berarti segi yang menentukan kualitas masyarakat itu. Sedangkan segi yang tidak berdominasi adalah segi yang tidak menentukan kualitas. Di dalam masyarakat, segi yang tidak berdominasi berarti segi yang tidak berkuasa atau segi yang dikuasai.
- Segi berhari depan dan segi tidak berhari depan
Segi berhari depan adalah segi yang akan atau yang sedang berkembang, segi yang masih akan terus ada atau akan terus hidup di dalam perubahan atau di dalam tingkat perkembangan kualitas yang baru dan kelanjutannya. Sedangkan segi tidak berhari depan adalah segi yang akan layu atau yang sedang melayu, segi yang adanya atau hidupnya hanya terbatas di dalam kualitas yang lama dan tidak akan da lagi di dalam perubahan atau di dalam tingkat perkembangan kualitas yang baru atau kelanjutannya.
- Segi berhegemoni dan segi tidak berhegemoni
Segi berhegemoni adalah segi di dalam gejala sosial atau di dalam masyarakat. Segi berhegemoni hanya di dalam kategori revolusi. Dalam hal revolusi itu, segi berhegemoni adalah segi yang memimpin, segi yang membawa dan menentukan arah perkembangan revolusi.
Segi berhegemoni mempunyai syarat dan menampakkan ciri-cirinya, yaitu sbb:
- Mempunyai program perjuangan kelas yang bisa diterima oleh seluruh nasion atau diterima secara nasional.
- Menjadi teladan di dalam melaksanakan program-program perjuangan kelas-nya yang sudah diterima secara nasional oleh seluruh nasion itu.
- Mempunyai kekuatan yang cukup untuk melaksanakan kepemimpinannya.
- Mampu menggalang persatuan dan kekuatan nasional (front atau aliansi).
Keempat macam kedudukan dan peranan segi-segi yang berkontradiksi itu terdapat saling hubungan, tapi tidak berarti bahwa satu segi kontradiksi tentu menempati atau mempunyai empat kedudukan dan peranan itu secara sekaligus. Sebagaimana halnya segi pokok tidak tentu secar sekaligus sebagai segi yang berdominasi maupun segi yang berhari-depan. Di dalam kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi pokok pada hakekatnya adalah segi yang berhegemoni.
Segi berdominasi tidak tentu segi pokok dan juga tidak tentu segi berhari-depan. Di dalam kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi berdominasi tidak tentu segi yang berhegemoni.
Segi berhari-depan tidak tentu segi pokok, dan juga tidak tentu segi berdominasi. Di dalam kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi berhari-depan tidak tentu segi berhegemoni. Tapi segi berhari-depan itu pada tingkat menjelang perubahan kualitas lama ke kualitas baru, pasti menduduki atau menjadi segi pokok. Di dalam kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi berhari-depan itu pada tingkat menjelang kemenangan revolusi dalam proses perubahan masyarakat lama ke masyarakat baru, pasti menduduki atau menjadi segi berdominasi. Dan di dalam kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi berhari-depan di dalam masyarakat baru pasti menduduki atau menjadi segi yang berkuasa.
Segi berhegemoni pasti segi pokok. Tapi segi berhegemoni tidak tentu segi berhari-depan dan juga tidak tentu segi berdominasi atau segi yang berkuasa. Hanya pada tingkat menjelang kepastian kemenangan revolusi, dalam prose perubahan masyarakat lama ke masyarakat baru, segi yang berhegemoni pasti juga sebagai segi berdominasi atau segi yang berkuasa.
d. Hukum Mutasi
Hukum mutasi atau hukum perpindahan adalah suatu hukum yang berlaku di dalam proses kontradiksi. Artinya, kedudukan dan peranan satu kontradiksi atau segi kontradiksi bisa bermutasi. Kontradiksi pokok bisa berubah menjadi kontradiksi tidak pokok. Sebaliknya, kontradiksi tidak pokok bisa berubah menjadi kontradiksi pokok. Kontradiksi berbentuk antagonis bisa berubah menjadi kontradiksi tidak berbentuk antagonis, sebaliknya kontradiksi tidak berbentuk antagonis bisa berubah menjadi kontradiksi berbentuk antagonis.
Tetapi, hukum mutasi itu tidak berlangsung pada kontradiksi dasar dan pada kontradiksi yang berwatak antagonis. Artinya, kontradiksi dasar dan kontradiksi yang berwatak antagonis akan tetap atau tidak akan berubah. Kontradiksi dasar akan tetap sebagai kontradiksi dasar, dan tidak akan berubah menjadi kontradiksi tidak dasar. Sebaliknya, kontradiksi tidak dasar juga akan tetap dan tidak akan berubah menjadi sebagai kontradiksi dasar. Selanjutnya, kontradiksi yang berwatak antagonis akan tetap, tidak akan berubah menjadi kontradiksi yang tidak berwatak antagonis. Begitu sebalinya, kontradiksi yang tidak berwatak antagonis juga akan tetap tidak berubah menjadi kontradiksi berwatak antagonis. Kedua kontradiksi itu, yaitu kontradiksi dasar dan kontradiksi berwatak antagonis yang akan tetap pada kedudukannya, tidak akan berubah, namun dalam proses perkembangan akhirnya tentu akan hancur salah satunya. Kehancuran itu terjadi pada menjelang dan menyebabkan berubahnya suatu kualitas atau masyarakat, serta berarti timbulnya kualitas baru atau lahirnya masyarakat baru.
Hukum mutasi itu juga berjalan pada segi-segi yang berkontradiksi, yaitu segi pokok bisa berubah menjadi segi tidak pokok. Sebaliknya, segi tidak pokok bisa berubah menjadi segi pokok. Segi berdominasi bisa berubah menjadi segi tidak berdominasi. Sebaliknya, segi yang tidak berdominasi bisa berubah menjadi segi yang berdominasi. Di dalam masyarakat, segi yang berkuasa bisa berubah menjadi segi yang tidak berkuasa. Sebaliknya, segi yang tidak berkuasa bisa berubah menjadi segi yang berkuasa. Segi berhegemoni bisa berubah menjadi segi yang tidak berhegemoni. Sebaliknya, segi yang tidak berhegemoni bisa berubah menjadi segi yang berhegemoni.
Tetapi hukum mutasi tidak akan berlangsung pada segi berhari-depan. Segi berhari-depan akan tetap sebagai segi berhari-depan, tidak akan mengalami perpindahan atau akan berubah menjadi segi tidak berhari-depan selama dalam periode kualitas lama atau dalam periode masyarakat lama. Walau mungkin, sesudah dalam kualitas baru atau dalam masyarakat baru, segi berhari-depan dari kualitas lama atau masyarakat lama itu bisa bermutasi atau berubah menjadi segi tidak berhari-depan. Tetapi, mutasi atau perubahan itu baru terjadi sesudah dalam kualitas baru atau dalam masyarakat baru, dan tidak akan terjadi selama dalam satu periode kualitas lama atau masyarakat lama.
2. Perubahan Kuantitatif ke Perubahan Kualitatif:
a. Arti kuantitas dan kualitas
Kuantitas adalah jumlah. Jumlah dalam artian luas yang meliputi bilangan, susunan, saling hubungan dan komposisi. Kuantitas menentukan kualitas sesuatu. Sedangkan kualitas adalah hakekat sesuatu, yang membedakan sesuatu itu dari yang lain.
b. Perubahan kuantitas ke perubahan kualitas
3. Negasi dari negasi:
Negasi berarti tiada atau meniadakan. Negasi dari negasi berarti proses meniadakan yang meniadakan. Hukum negasi dari negasi adalah hukum arah gerak atau arah perubahan dan perkembangan sesuatu. Hukum itu adalah, bahwa gerak atau perubahan dan perkembangan segala sesuatu, arahnya tentu menuju ke-bentuk-nya yang "lama" atau ke-asal-nya semula, tetapi dengan isi atau dengan kualitasnya yang baru. Selama gerak atau perubahan dan perkembangan sesuatu itu belum sampai mencapai bentuknya yang "lama" atau belum "kembali ke asalnya semula", maka berarti gerak atau perubahan dan perkembangan itu masih dalam proses perjalanannya.
Hukum negasi dari negasi adalah hukum, bahwa gerak atau perubahan dan perkembangan segala sesuatu tentu akan menegasi yang menegasi atau akan meniadakan yang meniadakan. Bahwa yang menegasi tentu akan dinegasi atau yang meniadakan tentu akan ditiadakan. Selama yang menegasi belum dinegasi atau yang meniadakan tentu akan ditiadakan. Selama yang menegasi belum dinegasi belum dinegasi atau yang meniadakan belum ditiadakan, maka berarti gerak atau perubahan dan perkembangan sesuatu itu masih belum selesai, belum berakhir, dan masih dalam proses perjalanan. Gerak atau perubahan dan perkembangan sesuatu itu baru akan "selesai" atau akan "berakhir" hanya apabila yang menegasi sudah dinegasi, atau yang meniadakan sudah ditiadakan. Dengan begitu berarti gerak atau perubahan dan perkembangan itu sudah sampai "kembali" pada bentukya yang "lama" atau pada "asalnya semula".
Titik mula proses dari suatu gerak atau perubahan dan perkembangan dimulai dari bentuk dan isinya yang asal itu dinegasi atau ditiadakan oleh bentuk dan isi yang baru. Dari dinegasi atau ditiadakannya bentuk dan isi yang asal oleh bentuk dan isi yang baru, mulailah suatu gerak spiral yang menuju ke arah "kembali" ke bentuk dan isinya yang asal. Dan itu yang dinyatakan bahwa selama gerak atau perubahan dan perkembangan itu belum sampai "kembali" pada bentuk dan isinya yang "asal", maka berarti bahwa gerak atau perubahan dan perkembangan itu masih belum berakhir, belum selesai dan masih dalam perjalanannya.
Negasi atau peniadaan bentuk dan isi yang asal oleh bentuk dan isi yang abru itu merupakan negasi atau peniadaan yang pertama dalam suatu proses gerak spiral. kemudian bentuk dan isi yang baru, yang telah menegasi atau telah meniadakan bentuk dan isi yang asal itu, pada akhirnya tentu akan dinegasi atau akan ditiadakan juga oleh bentuk dan isi yang " lama yang asal" tapi dalam kwalitetnya yang baru yang maju. negasi atau peniadaan itu, yaitu negasi atau peniadaan oleh bentuk dan isi yang "asal " terhadap bentuk dan isi yang telah pernah menegasi atau meniadakan nya itu , adalah merupakan negasi atau peniadaan yang kedua dalam suatu proses gerak spiral. Berlangsungnya suatu negasi atau peniadaan yang pertama, kemudian diakhiri oleh negasi atau peniadan yang kedua, itu yang disebut sebagai hukum negasi dari neghasi atau hukum meniadakan yang meniadakan. Berdasarkan hukum itu, maka yang mengasi tentu akan dinegasi atau yang meniadakan tentu akan ditiadakan, dan "kembali"-lah gerak atau perubahan dan perkembangan sesuatu kepada bentuk dan isinya yang "lama" atau yang "asal" tapi dalam kualitetnya yang baru, yang lebih tinggi dan lebih maju dari yang awal mulanya.
Demikian hukum arah gerak atau arah perubahan dqan perkembangan secara spiral dari segala sesuatu.
BAB IV
EPISTEMOLOGI MATERIALIS
Epistemologi adalah teori tentang pengetahuan, yakni tentang asal dan lahirnya pengetahuan serta peranan dan perkembangan pengetahuan.
1. Asal dan Lahirnya Pengetahuan
a. Asal Pengetahuan:
Pengetahuan adalah berasal dari praktek, baik praktek langsung maupun praktek tidak langsung. Praktek langsung adalah praktek atau pengalaman sendiri. sedangkan praktek tidak langsung adalah praktek atau pengalaman orang lain. Praktek langsung menimbulkan pengetahuan langsung, sedang praktek tidak langsung, menimbulkan pengetahuan yang tidak langsung. Dengan begitu, baik pengetahuan langsung maupun pengetahuan tidak langsung kedua-duanya berasal dari praktek.
Dari kedua pengetahuan itu, pengetahuan langsung lebih penting dari pengetahuan tidak langsung. Maka, praktek atau pengalaman langsung juga lebih penting dari pada ptraktek atau pengalaman tidak langsung.
Pengetahuan langsung itu bersifat terbatas katrena praktek langsung atau pengalaman sendiri juga terbatas. Sebaliknya, pengetahuan tidak lansung bersifat luas karena praktek tidak langsung atau pengalaman orang lain luas.
b. Lahirnya Pengetahuan:
Pengetahuan lahir melalui dua tingkat, yakni tingkat sensasi dan rasio. Pengetahuan tingkat sensasi, atau sensasional adalah pengetahuan yang langsung yang ditangkap secara apa adanya dari praktek. Pengetahuan sensional bersifat kuantitatif dan sepotong-potong serta menyiuapkan pengetahuan rasional. Karena itu, pengetahuan sensasional akan menjadi kurang ada gunanya bagi ilmu pengetahuan atau tidak bisa menjadi ilmu pengetahuan bila tidak ditingkatkan menjadi pengetahuan rasional. Pengetahuan sensasional yang tidak ditingkatkan menjadi pengetahuan yang tidak rasional hanya akan menjadi pengetahuan biasa, pengetahuan tingkat rendah yang sederhana yang bersifat kuantitatif (kennis).
Adapun pengetahuan rasional adalah pengetahuan hasil penangkapan, hasil penelitian dan penangkapan, serta merupakan penyimpulan dari pengetahuan sensasional Dengan begitu, pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang tidak langsung dari praktek, pengetahuan tingkat kedua sebagai peningkatan dan kelanjutan dari pengetahuan sensasional. Pengetahuan rasional bersifat luas dan kualitatif. Lengkap, tidak sepotong-potong. Bersifat kombinatif dan konklusif dari sejumlah pengetahuan sensasional yang sepotong-potong. Pengetahuan rasional merupakan perubahan kualitatif dari pengetahuan sensasioanl dan menjadi ilmu pengetahuan (wetenschap).
Tentang pengetahuan sensional dan pengetahuan rasional itu ada pandangan yang ekstrim dan salah dari kaum sensasionalis dan kaum rasionalis. Kaum sensasionalis memandang pengetahuan sensasional itu sebagai pengetahuan obyektif dan benar karena pengetahuan sensasional adalah pengetahuan yang lansung berasal dari praktek. Dengan begitu, pandangan kaum sensasionalis adalah pandangan yang sepotong-potong. Kaum sensasionalis tidak memandang sifat-sifat yang sempit, terbatas dan sepotong-potong dari pengetahuan sensasional. Mereka seperti tidak memandang bahwa segala sesuatu itu tidak hanya terdiri dari yang sepotong. Karena itu keobyektifan dan kebenaran sesuatu tidak bisa di pandang dari hanya sepotong itu. Sesuai dengan pandangannya, kaum sensasionalis memandang pengetahuan rasional sebagai pengetahuan yang tidak obyektif dan tidak benar, atau diragukan keobyektifan dan kebenarannya karena pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang tidak langsung berasal dari praktek. Dan karena rasio itu bisa salah salah dalam menyimpulkan, maka penghetahuan rasional sebagai pengetahuan hasil penyimpulan itu pun bisa salah.