Selasa, 20 Desember 2011

budaya kemiskinan dan kemiskinan struktural


Definisi dari kemiskinan struktural ialah kemiskinan yang diderita oleh satu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat tersebut tidak mampu memanfaatkan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka sedangkan definisi dari budaya kemiskinan ialah suatu adabtasi atau penyesuaian diri dan sekaligus merupakan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan marginal mereka dalam masyarakat yang berstrata kalas, individualis dan berciri kapitalis. Menurut saya, terjadi saling keterkaitan antara kemiskinan struktural dan budaya kemiskinan dimana kemiskinan struktural dapat melahirkan budaya kemiskinan.
Saya menangkap fenomena menarik dari perkuliahan lalu mengenai tipe solidaritas Durkheim dimana menurut pemahaman saya, pada masa industrialisasi awal, terjadi peluruhan tipe solidaritas yang sebelumnya ada dalam masyarakat yaitu solidaritas mekanik dan bertransformasi menjadi solidaritas organik. Proses pentransformasian secara paksa, dimana perkembangan teknologi menuntut individu untuk merubah pola-pola solidaritas terdahulu menjadi lebih rasional secara materi dan otonomi individu dan heterogenitas sosial mendapat peluang yang lebih besar menjadikan kelompok-kelompok solidaritas terdahulu terfragmentasi (maksud dari rasional secara materi ialah tindakan individu diarahkan kepada pertimbangan untung rugi secara materi) dan melunturkan hubungan-hubungan kontraktual yang menjadi ciri khas solidaritas mekanik. Proses transformasi yang diwujudkan dalam pembagian kerja menuntut individu-individu untuk mempunyai keahlian dalam bidang yang spesifik yang memenuhi kualifikasi yang diberlakukan dalam pekerjaan tersebut. Namun, tidak semua individu dapat memenuhi kualifikasi tersebut. Individu-individu yang tidak lulus kualifikasi dalam kurun waktu tertentu memunculkan bentuk-bentuk struktur sosial yang baru sebagai reaksi dari proses penyisihan tersebut dan ketidakberdayaan mereka untuk mengakses sumber-sumber kesejahteraan yang mereka butuhkan. Bentuk-bentuk struktur sosial yang baru tersebut digunakan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan-kebutuhan para anggotanya. yang ada dalam golongan itu.
Dalam hal ini, terjadi proses pembentukan nilai kolektif sebagai reaksi terhadap fakta sosial yang terjadi. Fakta sosial tersebut mengandung suatu bentuk atau pola dari cara bertindak, berfikir dan berperasaan dan memaksa individu. Nilai kolektif ini terbentuk karena pandangan-pandangan subyektif kaum yang tak lulus kualifikasi (sebut saja kaum marginal) kemudian mendapatkan legitimasi secara sosial dari anggota kelompoknya. Pandangan-pandangan tersebut terkonstruksi menjadi pandangan hidup bersama. Masyarakat telah terkonsepsikan dalam dirinya bahwa mereka tidak akan atau sulit untuk bisa mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya secara individualis. Kekalahan mereka dan ketidak berdayaan mereka dalam berkompetisi dengan individu lain yang dapat memenuhi kualifikasi menimbulkan sikap apatis, curiga dan merasa terdiskriminasikan terhadap mereka yang sukses. Perwujudan sikap apatis tersebut di wujudkan dengan keengganan mengintegrasikan diri mereka kedalam lembaga-lembaga utama dalam masyarakat. Dalam level individu, struktur pribadinya lemah dikarenakan terjadi pengikisan rasa optimis dengan mengkonsepsikan diri mereka sebagai seseorang yang tidak berharga, tidak berdaya, dan rendah diri. Ini mempunyai maksud bahwa gejala sosial yang riel terjadi tersebut mempengaruhi kesadaran individu yang dipengaruhi baik dari segi psikologis, dan biologis dari individu tersebut. Individu-individu ini dihantui ancaman akan jatuh miskin dimana perilaku ini dapat disebut etika subsistensi. Mereka hidup dalam garis batas kemiskinan. Menyadari hal itu, mereka kemudian bergantung kepada struktur sosial yang telah terbentuk agar mereka terlindung dari jatuh miskin. Mereka mempunyai kekhawatiran yang mendalam apabila struktur sosial yang telah mapan dalam komunitas mereka mengalami perubahan. yang berarti, adanya perubahan tersebut dapat menimbulkan kemungkinan-kemungkinan terjadi ketidakstabilan dalam struktur yang dapat mengakibatkan mereka jatuh miskin. Maka, mereka sangat menjaga keteraturan dalam sistem dan tidak menginginkan adanya perubahan. Maksudnya adalah, komunitas tersebut tidak bisa berkembang dan tetap tinggal statis.
Struktur sosial tersebut sepenuhnya diarahkan untuk menunjang etika subsistensi yang dianut mereka dan mengatur segala bidang kehidupan mereka. Dan pada perkembangan selanjutnya, sistem-sistem sosial yang telah mapan tersebut ter-internalized dalam diri anggotanya yang kemudian dilanjutkan kepada keturunannya. Sistem sosial yang telah ter-internalized dan turun temurun ini membuahkan konsep budaya kemiskinan.