Definisi dari
kemiskinan struktural ialah kemiskinan yang diderita oleh satu golongan
masyarakat karena struktur sosial masyarakat tersebut tidak mampu memanfaatkan
sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka sedangkan
definisi dari budaya kemiskinan ialah suatu adabtasi atau penyesuaian diri dan
sekaligus merupakan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan marginal mereka dalam
masyarakat yang berstrata kalas, individualis dan berciri kapitalis. Menurut
saya, terjadi saling keterkaitan antara kemiskinan struktural dan budaya
kemiskinan dimana kemiskinan struktural dapat melahirkan budaya kemiskinan.
Saya menangkap fenomena
menarik dari perkuliahan lalu mengenai tipe solidaritas Durkheim dimana menurut
pemahaman saya, pada masa industrialisasi awal, terjadi peluruhan tipe
solidaritas yang sebelumnya ada dalam masyarakat yaitu solidaritas mekanik dan
bertransformasi menjadi solidaritas organik. Proses pentransformasian secara
paksa, dimana perkembangan teknologi menuntut individu untuk merubah pola-pola
solidaritas terdahulu menjadi lebih rasional secara materi dan otonomi individu
dan heterogenitas sosial mendapat peluang yang lebih besar menjadikan
kelompok-kelompok solidaritas terdahulu terfragmentasi (maksud dari rasional
secara materi ialah tindakan individu diarahkan kepada pertimbangan untung rugi
secara materi) dan melunturkan hubungan-hubungan kontraktual yang menjadi ciri
khas solidaritas mekanik. Proses transformasi yang diwujudkan dalam pembagian
kerja menuntut individu-individu untuk mempunyai keahlian dalam bidang yang
spesifik yang memenuhi kualifikasi yang diberlakukan dalam pekerjaan tersebut.
Namun, tidak semua individu dapat memenuhi kualifikasi tersebut.
Individu-individu yang tidak lulus kualifikasi dalam kurun waktu tertentu
memunculkan bentuk-bentuk struktur sosial yang baru sebagai reaksi dari proses
penyisihan tersebut dan ketidakberdayaan mereka untuk mengakses sumber-sumber
kesejahteraan yang mereka butuhkan. Bentuk-bentuk struktur sosial yang baru
tersebut digunakan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan-kebutuhan para
anggotanya. yang ada dalam golongan itu.
Dalam hal ini, terjadi
proses pembentukan nilai kolektif sebagai reaksi terhadap fakta sosial yang
terjadi. Fakta sosial tersebut mengandung suatu bentuk atau pola dari cara
bertindak, berfikir dan berperasaan dan memaksa individu. Nilai kolektif ini
terbentuk karena pandangan-pandangan subyektif kaum yang tak lulus kualifikasi
(sebut saja kaum marginal) kemudian mendapatkan legitimasi secara sosial dari
anggota kelompoknya. Pandangan-pandangan tersebut terkonstruksi menjadi
pandangan hidup bersama. Masyarakat telah terkonsepsikan dalam dirinya bahwa
mereka tidak akan atau sulit untuk bisa mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya secara individualis. Kekalahan mereka dan ketidak berdayaan mereka
dalam berkompetisi dengan individu lain yang dapat memenuhi kualifikasi
menimbulkan sikap apatis, curiga dan merasa terdiskriminasikan terhadap mereka
yang sukses. Perwujudan sikap apatis tersebut di wujudkan dengan keengganan
mengintegrasikan diri mereka kedalam lembaga-lembaga utama dalam masyarakat.
Dalam level individu, struktur pribadinya lemah dikarenakan terjadi pengikisan
rasa optimis dengan mengkonsepsikan diri mereka sebagai seseorang yang tidak
berharga, tidak berdaya, dan rendah diri. Ini mempunyai maksud bahwa gejala
sosial yang riel terjadi tersebut mempengaruhi kesadaran individu yang
dipengaruhi baik dari segi psikologis, dan biologis dari individu tersebut.
Individu-individu ini dihantui ancaman akan jatuh miskin dimana perilaku ini
dapat disebut etika subsistensi. Mereka hidup dalam garis batas kemiskinan.
Menyadari hal itu, mereka kemudian bergantung kepada struktur sosial yang telah
terbentuk agar mereka terlindung dari jatuh miskin. Mereka mempunyai
kekhawatiran yang mendalam apabila struktur sosial yang telah mapan dalam
komunitas mereka mengalami perubahan. yang berarti, adanya perubahan tersebut
dapat menimbulkan kemungkinan-kemungkinan terjadi ketidakstabilan dalam
struktur yang dapat mengakibatkan mereka jatuh miskin. Maka, mereka sangat
menjaga keteraturan dalam sistem dan tidak menginginkan adanya perubahan.
Maksudnya adalah, komunitas tersebut tidak bisa berkembang dan tetap tinggal
statis.
Struktur sosial
tersebut sepenuhnya diarahkan untuk menunjang etika subsistensi yang dianut
mereka dan mengatur segala bidang kehidupan mereka. Dan pada perkembangan
selanjutnya, sistem-sistem sosial yang telah mapan tersebut ter-internalized
dalam diri anggotanya yang kemudian dilanjutkan kepada keturunannya. Sistem
sosial yang telah ter-internalized dan turun temurun ini membuahkan konsep
budaya kemiskinan.