KOMUNAL PRIMITIF
Negara tidak selamanya ada. Negara baru muncul karena munculnya pertentangan yang tajam antar masyarakat, dan dimulai pada zaman perbudakan. Zaman perbudakan merupakan awal dari menajamnya pertentangan dalam masyarakat yang sebelumnya tidak mengenal kelas, yaitu masyarakat komunal primitif komunitas tradisonal), sebuah masyareakat dimana setiap orang dipandang sejajar baik dalam hak maupun kewajiban.
Pada awalnya, masyarakat primitif, melakukan seluruh pekerjaan secara bersama-sama dan membagi hasil yang didapat secara merata. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama dan tingkat derajad kemanusiaan yang sama pula.
Pada masa itu ekonominya dimulai dengan bentuk yang sederhana, seperti mencari makan secara langsung. Pada masa itu pula, jumlah manusia belum terlalu banyak. Oleh karenanya makanan dapat dicari dengan mudah.
Makanan didapat dengan hasil berburu dengan menggunakan teknologi yang sangat sederhana. Masih menggunakan batu dan belum mengenal logam. Dikarenakan aktivitas ini memerlukan tenaga fisik yang besar maka aktivitas berburu dilakukan oleh laki-laki dan perempuan hanya melakukan pekerjaan disekitar rumah, seperti menyiangi hasil buruan, menjaga anak dan menjaga lingkungan.
Pada masa inilah dimulainya pembagian kerja secara sederhana dalam sejarah perkembangan manusia
Kemudian, dikarenakan semakin sukarnya hasil buruan didapatkan, perempuan segera menemukan teknik bercocok tanam. Hasilnya kemudian menjadi lebih dapat diandalkan sebagai mata pencarian utama ketimbang berburu.
Pada tahap masyarakat ini keberadaan perempuan kemudian lebih dihargai daripada pria, dan inilah asal usul budaya matrineal – yaitu budaya dimana perempuan, sebagai garis pembawa keturunan juga sekaligus sebagai hukum tertinggi bagi kaumnya.
Dengan semakin menyusutnya binatang, para pria kemudian mengganti peran wanita dalam bercocok tanam. Perempuan kemudian berperan dalam pekerjaan rumah tangga semata-mata (domestik).
Penghargaan terhadap perempuan kemudian meluntur. Gens (garis keturunan) matrineal diganti oleh gens patrineal (gariis keturunan ayah/laki-laki).
Yang menarik, asal kata family (keluarga) awalnya berasal dari kata familia yang berarti famulus atau budak domestik. Familia sendiri berarti “jumlah keseluruhan budak yang dimiliki oleh laki-laki”. Jadi, derajat perempuan yang pada awalnya tinggi kemudian dirubah menjadi tak lebih dari budak. Budak Domestik.
ZAMAN BUDAK
Kemudian, akibat perkembangan jumlah manusia dan teknologi (dengan ditemukannya logam) maka terjadilah persaingan dalam perebutan wilayah. Sebab, meski masyarakat perimitif sudah mengenal bercocok tanam, tetapi masih dalam bentuk yang sangat sederhana, yaitu ladang berpindah. Padahal tidak semua wilayah berada dalam kondisi kesuburan yang sama. Maka terjadilah persaingan dan pertentangan didalam masyarakat, karena terdapat gens-gens (garis keturunan/kaum/klan/suku-suku – selanjutnya disebut kaum) yg kaya, dan kaum-kaum yg kekurangan. Maka terjadilah perang antar kaum.
Bagi yang menang perang, mereka kemudian memiliki segala harta maupun wilayah kaum yang kalah. Anggota kaum yang kalah kemudian menjadi budak. Disinilah bermula munculnya kelas-kelas dikehidupan manusia.
Kelas pembudak dan kelas yang dibudaki. Kelas yang kaya, yang mampu menghasilkan, membeli apa saja dan berkuasa penuh atas keputusan dan kebijakan kaumnya, dan kelas yang miskin dan tidak punya apapun
Untuk mempertahankan diri dari para budak yang ingin membebaskan diri, beberapa kaum kaya mengorganisasikan diri untuk menangkal sesuatu hal dari luar. Dan terjadilah negara pertama kali dalam sejarah umat manusia.
Itu sebabnya, negara tidak lebih merupakan organ kekuasaan dan organ penindas dari satu kelas yang berkuasa terhadap kelas lainnya, negara adalah “tata tertib” yang mengesahkan dan mengkonsolidasi-kan penindasan ini dengan meredakan bentrokan-bentrokan kelas-kelas.
ZAMAN FEODAL
Pada perkembangannya kemudian, karena adanya pertentangan didalam (pemberontakan para budak) dan kemajuan tenaga produktif (dengan ditemukannya teknologi bercocok tanam yang menetap), cara produksi masyarakat perbudakan ternyata tak dapat lagi dipertahankan. Maka dimulailah cara produksi masyarakat feodal. Budak-budak memiliki sedikit kemajuan, dimana mereka mendapat sedikit kebebasan dan dapat bekerja dengan cara menyewa pada tuan-tuan tanah dengan cara bagi hasil. Pada masyarakat inilah kelas pedagang (borjuis) mulai muncul.
Kelas borjuis, kemudian terus tumbuh dalam masa feodalisme. Namun mereka tak puas dengan kelakuan para bangsawan dan penguasa (pemerintah) feodal. Karena mereka menarik pajak yang tinggi, hidup berfoya-foya dan bertindak sewenang-wenang.
Dengan pembenaran para pemimpin agama, mereka menyatakan bahwa mereka adalah wakil tuhan dimuka bumi, dan semua kritik dan ketidakpuasan hanya membuat tukang kritik ke tiang gantungan.
ZAMAN KAPITALIS
Pertentangan kelas borjuasi dan kelas feodal kemudian meletus menjadi sebuah revolusi. Salah satunya adalah Revolusi perancis 1781 – 1791. Masyarakat feodal dinegasikan dan kemudian berubah menjadi masyarakat kapitalis seperti sekarang.
Istilah kapitalis diambil untuk menggambarkan terkonsentrasinya modal hanya pada satu orang atau satu kelompok belaka. Sedangkan kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai tenaga produksi bagi orang tersebut hanya menerima bagian yang dianggap sesuai dengan apa yang dia berikan pada saat produksi itu tadi.
Kapitalis adalah sebuah sejarah penghisapan manusia atas manusia yang paling besar dan paling celaka. Disini manusia dihisap baik tenaga dan pemikirannya serta dipaksa untuk menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik modal (perusahaan atau perorangan). Manusia yang dihisap itu sendiri tidak memiliki hak apapun atas nilai lebih yang dihasilkannya.
Contohnya bisa digambarkan begini:
Seorang buruh pada perusahaan atau pabrik kelapa sawit misalnya dipaksa untuk bekerja selama 8 jam sehari untuk gaji sebesar 500 ribu rupiah sebulan.
Perusahaan tersebut mempekerja-kan lebih dari 1000 orang buruh dan untuk itu perusahaan harus mengeluarkan 500 juta perbulannya untuk membayar gaji buruh.
Buruh-buruh tersebut bekerja selama 8 jam sehari untuk mengolah tandan buah sawit segar menjadi CPO (crude palm oil) yang dalam sebulan bisa mencapai 5 milyar rupiah.
Setelah dipotong pajak, administrasi, upah buruh dan berbagai keperluan pabrik lainnya maka keuntungan yang tersisa menjadi 4 milyar rupiah saja, dan ini kita sebut saja nilai lebih.
Uang senilai 4 milyar tersebut masuk kedalam kas perusahaan. Dan karena perusahaan ini mempunyai pemilik maka pemiliknya lah yang menerima bagian paling besar dari nilai tadi. Sedangkan buruh tersebut, tenaga dan pikiran yang telah dia berikan kepada pemilik pabrik untuk menghasilkan keuntungan berlipat ganda hanya mendapatkan upah sebesar 500 ribu rupiah. Tidak cukup untuk membeli makanan, pengobatan dan apalagi penghidupan yang layak.
Buruh tidak berhak atas nilai lebih yang dihasilkannya.
Bagaimana kalau buruh memberontak dan ingin mendapatkan nilai lebih itu tadi?
Pemilik modal akan bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk memotong segala upaya dan rencana si buruh agar tidak mau dan tidak mampu menyuarakan apa yang menjadi kepentingannya. Kalau perlu bahkan dengan menggunakan kekerasan.
IMPREALISME
Segera setelah sipemilik modal kehabisan lahan dan sumberdaya yang ada untuk dieksploitasi maka ia mulai melirik ke daerah-daerah lainnya.
Dengan dibantu oleh negara maka dimulailah sejarah panjang kolonialisasi dan penjajahan dimana-mana. Pemilik modal dengan dibantu oleh negara segera memaksa penduduk lokal dimana mereka mendarat untuk menghasilkan produksi sebesar-besarnya dan diberikannya upah dengan sekecil-kecilnya.
Belanda dengan VOC adalah salah satu bukti tidak terbantahkan adanya sejarah penghisapan manusia oleh manusia dimana seluruh hasil bumi yang ada di tanah ini dibawa oleh mereka dan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Sementara kita hanyalah menerima apa yang tidak lebih dari sebuah ampas
Segera saja, setelah itu, penjajah meperkenalkan hukum-hukum positif yang mereka miliki yang mereka anggap lebih baik dan yang terbaik bila dibanding dengan hukum dan kebijakan yang dimiliki oleh masyarakat lokal.
Fase imprealisme kemudian berhenti yang ditandainya dengan hancurnya Hiroshima dan Nagasaki. Segera saja seluruh negara yang terlibat perang sebelum masa itu memasuki era perang dingin. Perang ideologi.
Berhentinya fase ini tidak serta merta menghentikan perluasan-perluasan pengaruh dari Kapitalisme. Kapitalis berkembang dan semakin kuat pada era musim perang dingin sekaligus sebagai salah aktor yang terlibat dari perang dingin itu sendiri. Lawannya adalah komunis. Asal kata dari Komunike (perkumpulan).
Komunis itu sendiri mengedepankan prinsip kebebasan manusia (tanpa kelas). Suatu hal yang ditentang keras oleh kaum kapitalis karena bisa menghambat dan bahkan meniadakan sama sekali aliran modal besar kepada kaum pedagang (pemodal – kapitalis).
Pikiran komunis sesungguhnya mengacu pada pemikiran: “dari seseorang dimintakan kesang-gupannya, dan kepada orang tersebut diberikan sesuai dengan kebutuhannya.” Dalam masyarakat ini menjadi mungkin bagi kita untuk mengerjakan sesuatu hari ini dan hal yang lain pada esok harinya; berburu dipagi hari, memancing dising hari, beternak disore hari dfan menjadi kritikus setelah makan malam tanpa harus menjadi pemburu, pemancing, peternak dan kritikus.
Komunis pada dasarnya bukanlah sebuah ideologi melainkan hanya sebuah bangunan pemikiran tentang bagaimana manusia bisa hidup dengan penuh kebebasan dengan norma-norma yang tidak terlalu mengikat.
Ketika komunisme jatuh ke tangan Lenin maka ia berubah menjadi ideologi.
Ideologi tidak lain dan tidak bukan adalah alat “berperang”. Ideologi berfungsi untuk menyederhanakan, meringkas, mereduksi dan menuntut ketertundukan, mirip dengan komando militer. Itu sebabnya, semakin lama maka ideologi akan semakin mengeras dan sulit dikoreksi sehingga para penganutnya akan semakin membuta dan lama kelamaan akan kehilangan akal pikriannya sendiri.
Ideologi dapat menggantikan pemikiran karena ia telah memudahkan orang untuk berpikir dan menyederhanakan realitas.
Dalam kasus Komunis Rusia, Lenin berada pada sistem politik dimana kaum bangsawannya begitu otoriter dengan sistem ekonomi yang juga begitu mentah. Karena itu ia menganggap perlunya sebuah partai pelopor dan diktator rakyat.
Hal inilah yang menjadikan komunisme kemudian dipimpin oleh kelompok elit partai dan mengesahkan penindasan terhadap kelompok-kelompok yang menen- tangnya.
Lenin hanya sempat mengenyam hasil yang dia dapat dari revolusi Rusia selama 3 tahun. Kepemimpinannya kemudian diambil alih oleh Stalin yang menjadikan komunisme sebagai ideologi negara Rusia dan menjadikannya sebagai ideologi yang baku sekaligus memonumenkan Lenin. Setelah itu tinggalah komunisme menjadi ideologi membatu yang melahirkan begitu banyak masalah.
NEO-KOLONIALISME/NEO-IMPREALISME
Seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa dalam era perang dingin kapitalisme terus saja memperbaiki diri dan mencari-cari peluang untuk mengembangkan dirinya sendiri. Kejatuhan Uni Soviet merupakan tonggak penting dimana kapitalisme mengibarkan bendera kemenangannya. Segera saja ia menjadi paham yang tidak tergoyahkan.
Segera pula ia mulai memperkenalkan pemahaman globalisasi setelah terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah fondasi bagi perusahaan-perusahaan trans-national, yaitu perusahaan-perusahaan yang tidak berbatas dengan wilayah dan adminitratif semata.
Hasilnya adalah kapitalisme yang mengurangi peran negara lewat berbagai deregulasi, menswastakan sektor-sektor publik seperi Telkom dan PLN., memotong subsidi BBM dan listrik, meniadakan jaminan sosial dan segala hal yang berhubungan dengan penyesuaian paham kapitalisme kearah kekuasaan perusahaan-perusahaan raksasa.
Semua bisa dilakukan karena Indonesia terlibat dengan utang yang begitu besar. Tercatat 1.200 trilyun sudah hutang yang kita miliki dan kita terpaksa berutang lagi untuk mempu membayar bunga utang kita yang kemarin.
Disinilah Bank Dunia dan IMF, yang merupakan puncak kekuasaan sistem Kapitalisme, mencengkeram dan menguasai umat manusia. Kita tidak mampu melakukan apapun karena kita membutuhkan utang untuk membayar bunga hutang yang kita pinjam sebelumnya. Dan ketika Bank Dunia dan IMF memaksa kita untuk melakukan deregulasi, memotong subsidi dan jaminan sosial, kita tidak mampu mengatakan apa-apa karena kita butuh dengan modal dan uang yang mereka miliki. Dan mereka butuh dengan sumberdaya alam yang kita miliki.
Imprealisme AS dan Wall-Street adalah penguasa sesungguhnya dari urat nadi kehidupan kapitalisme. Sedangkan WTO (Organisasi Perdagangan Dunia), rezim yang lahir di tahun 1995, merupakan bentuk yang paling jelas dan nyata dari upaya-upaya negara maju untuk melakukan kolonialisme dan
penjajahan global dalam bentuk yang baru.
Negara tidak selamanya ada. Negara baru muncul karena munculnya pertentangan yang tajam antar masyarakat, dan dimulai pada zaman perbudakan. Zaman perbudakan merupakan awal dari menajamnya pertentangan dalam masyarakat yang sebelumnya tidak mengenal kelas, yaitu masyarakat komunal primitif komunitas tradisonal), sebuah masyareakat dimana setiap orang dipandang sejajar baik dalam hak maupun kewajiban.
Pada awalnya, masyarakat primitif, melakukan seluruh pekerjaan secara bersama-sama dan membagi hasil yang didapat secara merata. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama dan tingkat derajad kemanusiaan yang sama pula.
Pada masa itu ekonominya dimulai dengan bentuk yang sederhana, seperti mencari makan secara langsung. Pada masa itu pula, jumlah manusia belum terlalu banyak. Oleh karenanya makanan dapat dicari dengan mudah.
Makanan didapat dengan hasil berburu dengan menggunakan teknologi yang sangat sederhana. Masih menggunakan batu dan belum mengenal logam. Dikarenakan aktivitas ini memerlukan tenaga fisik yang besar maka aktivitas berburu dilakukan oleh laki-laki dan perempuan hanya melakukan pekerjaan disekitar rumah, seperti menyiangi hasil buruan, menjaga anak dan menjaga lingkungan.
Pada masa inilah dimulainya pembagian kerja secara sederhana dalam sejarah perkembangan manusia
Kemudian, dikarenakan semakin sukarnya hasil buruan didapatkan, perempuan segera menemukan teknik bercocok tanam. Hasilnya kemudian menjadi lebih dapat diandalkan sebagai mata pencarian utama ketimbang berburu.
Pada tahap masyarakat ini keberadaan perempuan kemudian lebih dihargai daripada pria, dan inilah asal usul budaya matrineal – yaitu budaya dimana perempuan, sebagai garis pembawa keturunan juga sekaligus sebagai hukum tertinggi bagi kaumnya.
Dengan semakin menyusutnya binatang, para pria kemudian mengganti peran wanita dalam bercocok tanam. Perempuan kemudian berperan dalam pekerjaan rumah tangga semata-mata (domestik).
Penghargaan terhadap perempuan kemudian meluntur. Gens (garis keturunan) matrineal diganti oleh gens patrineal (gariis keturunan ayah/laki-laki).
Yang menarik, asal kata family (keluarga) awalnya berasal dari kata familia yang berarti famulus atau budak domestik. Familia sendiri berarti “jumlah keseluruhan budak yang dimiliki oleh laki-laki”. Jadi, derajat perempuan yang pada awalnya tinggi kemudian dirubah menjadi tak lebih dari budak. Budak Domestik.
ZAMAN BUDAK
Kemudian, akibat perkembangan jumlah manusia dan teknologi (dengan ditemukannya logam) maka terjadilah persaingan dalam perebutan wilayah. Sebab, meski masyarakat perimitif sudah mengenal bercocok tanam, tetapi masih dalam bentuk yang sangat sederhana, yaitu ladang berpindah. Padahal tidak semua wilayah berada dalam kondisi kesuburan yang sama. Maka terjadilah persaingan dan pertentangan didalam masyarakat, karena terdapat gens-gens (garis keturunan/kaum/klan/suku-suku – selanjutnya disebut kaum) yg kaya, dan kaum-kaum yg kekurangan. Maka terjadilah perang antar kaum.
Bagi yang menang perang, mereka kemudian memiliki segala harta maupun wilayah kaum yang kalah. Anggota kaum yang kalah kemudian menjadi budak. Disinilah bermula munculnya kelas-kelas dikehidupan manusia.
Kelas pembudak dan kelas yang dibudaki. Kelas yang kaya, yang mampu menghasilkan, membeli apa saja dan berkuasa penuh atas keputusan dan kebijakan kaumnya, dan kelas yang miskin dan tidak punya apapun
Untuk mempertahankan diri dari para budak yang ingin membebaskan diri, beberapa kaum kaya mengorganisasikan diri untuk menangkal sesuatu hal dari luar. Dan terjadilah negara pertama kali dalam sejarah umat manusia.
Itu sebabnya, negara tidak lebih merupakan organ kekuasaan dan organ penindas dari satu kelas yang berkuasa terhadap kelas lainnya, negara adalah “tata tertib” yang mengesahkan dan mengkonsolidasi-kan penindasan ini dengan meredakan bentrokan-bentrokan kelas-kelas.
ZAMAN FEODAL
Pada perkembangannya kemudian, karena adanya pertentangan didalam (pemberontakan para budak) dan kemajuan tenaga produktif (dengan ditemukannya teknologi bercocok tanam yang menetap), cara produksi masyarakat perbudakan ternyata tak dapat lagi dipertahankan. Maka dimulailah cara produksi masyarakat feodal. Budak-budak memiliki sedikit kemajuan, dimana mereka mendapat sedikit kebebasan dan dapat bekerja dengan cara menyewa pada tuan-tuan tanah dengan cara bagi hasil. Pada masyarakat inilah kelas pedagang (borjuis) mulai muncul.
Kelas borjuis, kemudian terus tumbuh dalam masa feodalisme. Namun mereka tak puas dengan kelakuan para bangsawan dan penguasa (pemerintah) feodal. Karena mereka menarik pajak yang tinggi, hidup berfoya-foya dan bertindak sewenang-wenang.
Dengan pembenaran para pemimpin agama, mereka menyatakan bahwa mereka adalah wakil tuhan dimuka bumi, dan semua kritik dan ketidakpuasan hanya membuat tukang kritik ke tiang gantungan.
ZAMAN KAPITALIS
Pertentangan kelas borjuasi dan kelas feodal kemudian meletus menjadi sebuah revolusi. Salah satunya adalah Revolusi perancis 1781 – 1791. Masyarakat feodal dinegasikan dan kemudian berubah menjadi masyarakat kapitalis seperti sekarang.
Istilah kapitalis diambil untuk menggambarkan terkonsentrasinya modal hanya pada satu orang atau satu kelompok belaka. Sedangkan kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai tenaga produksi bagi orang tersebut hanya menerima bagian yang dianggap sesuai dengan apa yang dia berikan pada saat produksi itu tadi.
Kapitalis adalah sebuah sejarah penghisapan manusia atas manusia yang paling besar dan paling celaka. Disini manusia dihisap baik tenaga dan pemikirannya serta dipaksa untuk menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik modal (perusahaan atau perorangan). Manusia yang dihisap itu sendiri tidak memiliki hak apapun atas nilai lebih yang dihasilkannya.
Contohnya bisa digambarkan begini:
Seorang buruh pada perusahaan atau pabrik kelapa sawit misalnya dipaksa untuk bekerja selama 8 jam sehari untuk gaji sebesar 500 ribu rupiah sebulan.
Perusahaan tersebut mempekerja-kan lebih dari 1000 orang buruh dan untuk itu perusahaan harus mengeluarkan 500 juta perbulannya untuk membayar gaji buruh.
Buruh-buruh tersebut bekerja selama 8 jam sehari untuk mengolah tandan buah sawit segar menjadi CPO (crude palm oil) yang dalam sebulan bisa mencapai 5 milyar rupiah.
Setelah dipotong pajak, administrasi, upah buruh dan berbagai keperluan pabrik lainnya maka keuntungan yang tersisa menjadi 4 milyar rupiah saja, dan ini kita sebut saja nilai lebih.
Uang senilai 4 milyar tersebut masuk kedalam kas perusahaan. Dan karena perusahaan ini mempunyai pemilik maka pemiliknya lah yang menerima bagian paling besar dari nilai tadi. Sedangkan buruh tersebut, tenaga dan pikiran yang telah dia berikan kepada pemilik pabrik untuk menghasilkan keuntungan berlipat ganda hanya mendapatkan upah sebesar 500 ribu rupiah. Tidak cukup untuk membeli makanan, pengobatan dan apalagi penghidupan yang layak.
Buruh tidak berhak atas nilai lebih yang dihasilkannya.
Bagaimana kalau buruh memberontak dan ingin mendapatkan nilai lebih itu tadi?
Pemilik modal akan bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk memotong segala upaya dan rencana si buruh agar tidak mau dan tidak mampu menyuarakan apa yang menjadi kepentingannya. Kalau perlu bahkan dengan menggunakan kekerasan.
IMPREALISME
Segera setelah sipemilik modal kehabisan lahan dan sumberdaya yang ada untuk dieksploitasi maka ia mulai melirik ke daerah-daerah lainnya.
Dengan dibantu oleh negara maka dimulailah sejarah panjang kolonialisasi dan penjajahan dimana-mana. Pemilik modal dengan dibantu oleh negara segera memaksa penduduk lokal dimana mereka mendarat untuk menghasilkan produksi sebesar-besarnya dan diberikannya upah dengan sekecil-kecilnya.
Belanda dengan VOC adalah salah satu bukti tidak terbantahkan adanya sejarah penghisapan manusia oleh manusia dimana seluruh hasil bumi yang ada di tanah ini dibawa oleh mereka dan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Sementara kita hanyalah menerima apa yang tidak lebih dari sebuah ampas
Segera saja, setelah itu, penjajah meperkenalkan hukum-hukum positif yang mereka miliki yang mereka anggap lebih baik dan yang terbaik bila dibanding dengan hukum dan kebijakan yang dimiliki oleh masyarakat lokal.
Fase imprealisme kemudian berhenti yang ditandainya dengan hancurnya Hiroshima dan Nagasaki. Segera saja seluruh negara yang terlibat perang sebelum masa itu memasuki era perang dingin. Perang ideologi.
Berhentinya fase ini tidak serta merta menghentikan perluasan-perluasan pengaruh dari Kapitalisme. Kapitalis berkembang dan semakin kuat pada era musim perang dingin sekaligus sebagai salah aktor yang terlibat dari perang dingin itu sendiri. Lawannya adalah komunis. Asal kata dari Komunike (perkumpulan).
Komunis itu sendiri mengedepankan prinsip kebebasan manusia (tanpa kelas). Suatu hal yang ditentang keras oleh kaum kapitalis karena bisa menghambat dan bahkan meniadakan sama sekali aliran modal besar kepada kaum pedagang (pemodal – kapitalis).
Pikiran komunis sesungguhnya mengacu pada pemikiran: “dari seseorang dimintakan kesang-gupannya, dan kepada orang tersebut diberikan sesuai dengan kebutuhannya.” Dalam masyarakat ini menjadi mungkin bagi kita untuk mengerjakan sesuatu hari ini dan hal yang lain pada esok harinya; berburu dipagi hari, memancing dising hari, beternak disore hari dfan menjadi kritikus setelah makan malam tanpa harus menjadi pemburu, pemancing, peternak dan kritikus.
Komunis pada dasarnya bukanlah sebuah ideologi melainkan hanya sebuah bangunan pemikiran tentang bagaimana manusia bisa hidup dengan penuh kebebasan dengan norma-norma yang tidak terlalu mengikat.
Ketika komunisme jatuh ke tangan Lenin maka ia berubah menjadi ideologi.
Ideologi tidak lain dan tidak bukan adalah alat “berperang”. Ideologi berfungsi untuk menyederhanakan, meringkas, mereduksi dan menuntut ketertundukan, mirip dengan komando militer. Itu sebabnya, semakin lama maka ideologi akan semakin mengeras dan sulit dikoreksi sehingga para penganutnya akan semakin membuta dan lama kelamaan akan kehilangan akal pikriannya sendiri.
Ideologi dapat menggantikan pemikiran karena ia telah memudahkan orang untuk berpikir dan menyederhanakan realitas.
Dalam kasus Komunis Rusia, Lenin berada pada sistem politik dimana kaum bangsawannya begitu otoriter dengan sistem ekonomi yang juga begitu mentah. Karena itu ia menganggap perlunya sebuah partai pelopor dan diktator rakyat.
Hal inilah yang menjadikan komunisme kemudian dipimpin oleh kelompok elit partai dan mengesahkan penindasan terhadap kelompok-kelompok yang menen- tangnya.
Lenin hanya sempat mengenyam hasil yang dia dapat dari revolusi Rusia selama 3 tahun. Kepemimpinannya kemudian diambil alih oleh Stalin yang menjadikan komunisme sebagai ideologi negara Rusia dan menjadikannya sebagai ideologi yang baku sekaligus memonumenkan Lenin. Setelah itu tinggalah komunisme menjadi ideologi membatu yang melahirkan begitu banyak masalah.
NEO-KOLONIALISME/NEO-IMPREALISME
Seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa dalam era perang dingin kapitalisme terus saja memperbaiki diri dan mencari-cari peluang untuk mengembangkan dirinya sendiri. Kejatuhan Uni Soviet merupakan tonggak penting dimana kapitalisme mengibarkan bendera kemenangannya. Segera saja ia menjadi paham yang tidak tergoyahkan.
Segera pula ia mulai memperkenalkan pemahaman globalisasi setelah terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah fondasi bagi perusahaan-perusahaan trans-national, yaitu perusahaan-perusahaan yang tidak berbatas dengan wilayah dan adminitratif semata.
Hasilnya adalah kapitalisme yang mengurangi peran negara lewat berbagai deregulasi, menswastakan sektor-sektor publik seperi Telkom dan PLN., memotong subsidi BBM dan listrik, meniadakan jaminan sosial dan segala hal yang berhubungan dengan penyesuaian paham kapitalisme kearah kekuasaan perusahaan-perusahaan raksasa.
Semua bisa dilakukan karena Indonesia terlibat dengan utang yang begitu besar. Tercatat 1.200 trilyun sudah hutang yang kita miliki dan kita terpaksa berutang lagi untuk mempu membayar bunga utang kita yang kemarin.
Disinilah Bank Dunia dan IMF, yang merupakan puncak kekuasaan sistem Kapitalisme, mencengkeram dan menguasai umat manusia. Kita tidak mampu melakukan apapun karena kita membutuhkan utang untuk membayar bunga hutang yang kita pinjam sebelumnya. Dan ketika Bank Dunia dan IMF memaksa kita untuk melakukan deregulasi, memotong subsidi dan jaminan sosial, kita tidak mampu mengatakan apa-apa karena kita butuh dengan modal dan uang yang mereka miliki. Dan mereka butuh dengan sumberdaya alam yang kita miliki.
Imprealisme AS dan Wall-Street adalah penguasa sesungguhnya dari urat nadi kehidupan kapitalisme. Sedangkan WTO (Organisasi Perdagangan Dunia), rezim yang lahir di tahun 1995, merupakan bentuk yang paling jelas dan nyata dari upaya-upaya negara maju untuk melakukan kolonialisme dan
penjajahan global dalam bentuk yang baru.