Minggu, 30 Mei 2010

PENGARUH PENGALAMAN TERHADAP PEMBELAJARAN

LATAR BELAKANG

          Pendidikan bukanlah hal yang baru bagi masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Walaupun pendidikan modern, dalam arti yang berasal dari Eropa, mempunyai peranan penting sebagai pemacu maupun pendukung lahir sejarah Indonesia modern yang diawali zaman kebangkitan nasional, sebelum itu berbagai jenis pendidikan sudah terdapat di dalam masyarakat Indonesia.

          Berbagai pengalaman yang telah dialami oleh bangsa ini, terutama di bidang pendidikan telah memberikan kita berbagai wacana untuk menyusun sebuah kurikulum yang dapat mendukung dan menghasilkan sesuatu yang bisa mencapai tujuan yang diinginkan.

          Dari analisa seperti itu dapatlah kita lihat betapa pendidikan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan kebudayaan tidak hanya menyentuh kebudayaan lahir akan tetapi juga kebudayaan bathin.

PEMBAHASAN

Makna Belajar

          Dewasa ini para ahli memandang bahwa siswa adalah seorang individu yang aktif. Oleh karena itu, peran guru bukan sebagai satu-satunya pembelajar, tetapi sekadar pembimbing, fasilitator, dan pengarah. Belajar memang bersifat individual, oleh karena itu belajar berarti suatu keterlibatan langsung atau pemerolehan pengalaman individual yang unik. Belajar, juga tidak terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh pengulangan berkali-kali, bersinambungan, tanpa henti. Belajar yang berarti terjadi bila bahan belajar tersebut menantang siswa. Belajar juga menjadi terarah bila ada timbal balik dan penguatan dari pembelajar. Betapapun belajar yang telah direkayasa secara pedagogis oleh guru, hasil belajar akan terpengaruh oleh karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifat individual pebelajar.

         Peserta didik/siswa perlu dilibatkan pada PBM (proses belajar mengajar) yang memberi pengalaman bagaimana bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas. Misalnya, peserta didik diberikan berbagai macam tugas secara berkelompok. Pengalaman belajar seperti ini selanjutnya akan dapat membentuk sikap kooperatif dan ketahanan bersaing dengan pengalaman nyata untuk menghargai segala kelebihan dan kekurangan masing-masing . (Achmad Amiruddin)

         Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.

         Belajar merupakan sebuah interaksi dan proses adaptasi yang tak pernah selesai antara individu dan masyarakat. Perkembangan dan proses belajar seseorang tidak dapat terjadi tanpa kehadiran pengaruh lingkungan (masyarakat). Proses kognitif ilmu pengetahuan dan keragaman pengalaman tidak hanya memiliki pengaruh terhadap proses penilaian diri (self-appraisal) dan pengembangan harga diri (self-esteem), tetapi juga mempengaruhi proses pencarian makna aspek-aspek diri dan pengembangan konsep diri (self-concept). (Wentzel, K.R.)

         Belajar dapat dilakukan di beragai tempat, kondisi dan waktu. Cepatnya informasi melalui radio, televis, film, wisatawan, surat kabar, majalah dapat mempermudah belajar Meskipun informasi dengan mudah dapat diperoleh, tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dari padanya. Guru profesional memerlukan pengetahuan dan keterampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa berkebiasaan belajar sepanjang hayat.

         Maka dari kajian di atas dapat diambil sebuah nilai yang penting. Bahwa, dalam pembelajaran ditemukan adanya dua pelaku, guru berinteraksi dengan siswa, yang keduanya mencapai tujuan pembelajaran atau sasaran belajar yang serupa. Pembelajaran yang mengedepankan siswa yang aktif mempunyai ciri:

1. Pembelajaran yang berpusat pada siswa

2. Guru bertindak sebagai pembimbing pengalaman belajar

3. Orientasi tujuan pada perkembangan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang

4. Pengelolaan pembelajaran menekankan pada kreativitas siswa

5. Pelaksanaan penilaian tertuju pada kegiatan dan kemajuan siswa (T. Raka Joni)



Proses Terjadinya Sebuah Pengalaman Seseorang Berdasar Pada Pengamatan

           Pengamatan ialah suatu daya jiwa untuk memasukkan kesan-kesan dari luar dengan menggunakan alat indera. Pengamatan merupakan dasar bagi setiap pengalaman dan pengetahuan seseorang. Fungsi pengamatan ini disebut fungsi reseptif (menerima) dan berlaku pada masa sekarang. Ada 4 faktor yang memungkinkan terjadinya suatu pengamatan: perangsang, alat indera, otak dan perhatian. Karena adanya perhatian maka perangsang diterima alat indera dan terus ke otak melalui urat syaraf sensoris. Di dalam otak perangsang itu diolah dengan bahan-bahan yang sudah ada (bahan-bahan apersepsi), kemudian terjadi penafsiran; perangsang itu dimengerti. Pengamatan selalu terikat oleh waktu dan tempat dan berlangsung di waktu sekarang. Pada manusia setiap pengamatan menghasilkan gambaran-gambaran jiwa yang disebut kesan-kesan yang berupa tanggapan atau pengertian. Kesan-kesan inilah yang kemudian menjadikan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.

          Berkat pengalaman belajar seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar obyektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula.

Pengaruh Hubungan Antara Pengalaman dan Budaya di Masyarakat

         Pengalaman dari sebuah budaya masyarakat dapat memberikan corak sistem pendidikan yang dinamis terhadap tuntutan perkembangan hidup manusia yang selalu meningkat. Perubahan kultural umat manusia dapat saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya tanpa mengenal batas-batas Negara atau suku bangsa di dunia kita ini. Dengan kata lain, sistem kependidikan harus mampu menampung, mengelola dan mengarahkan ide-ide yang terkandung dalam semua faktor yang membawa perubahan sosial kultural manusia.

         Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang saling berkaitan. Tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan dan begitu pula tidak ada praksis pendidikan di dalam vakum tetapi selalu berada di dalam lingkup kebudayaan yang kongkret. Dimana saja, perbedaan seting kultural mempengaruhi cara pendang setiap individu masyarakat melihat dan memahami dirinya (the self). Spencer (1999).

          Contoh kongkrit dalam permasalahan ini adalah tentang kemajuan IPTEK. Kemajuan IPTEK yang berkelanjutan terus harus diimbangi oleh perubahan yang berkelanjutan pula dalam isi yang diajarkan kepada semua jenjang pendidikan. Untuk sebagian besar, perubahan-perubahan yang terjadi di dalam kurikulum pendidikan menengah di dalam dua dasawarsa mendatang dipengaruhi oleh keperluan untuk meng-up to date-kan bahan pelajaran dengan hasil-hasil perkembangan ilmu pengetahuan selama 50 tahun terakhir. Hal tersebut akan membawa ke dalam kurikulum sekolah bidang-bidang perhatian baru dan metode baru, pemikiran dan pengertian. (D.A. Tisna Amidjaja)
PENUTUP

Kesimpulan

         Dari penyusunan makalah ini maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pengalaman dalam belajar telah memberi pengaruh yang sangat besar diantaranya adalah

1. Bagi peserta didik pengalaman dapat membentuk sikap kooperatif dan ketahanan bersaing dengan pengalaman nyata untuk menghargai segala kelebihan dan kekurangan masing-masing.

2. Bagi pendidik pengalaman dapat menambah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.

3. Pengalaman dari sebuah budaya masyarakat dapat memberikan corak sistem pendidikan yang dinamis terhadap tuntutan perkembangan hidup manusia yang selalu meningkat.

Demikianlah makalah yang kami susun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada di dalam makalah ini. Maka kami membuka pintu selebar-lebarnya baik saran maupun kritik dari semua pihak demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.

 
DAFTAR PUSTAKA

 
Arifin, H.M. Ilmu Perbandingan Pendidikan, Jakarta: Golden Terayon Press, 1986
Cony R. Semiawan & Soedijarto, Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI, Jakarta: Grasindo, 1991
Depag RI. Pembelajaran yang Efektif: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa, Jakarta: Bagian Proyek EMIS Perguruan Agama Islam Tingkat Dasar Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003
Tirtosudiro, Achmad. Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional: Menjawab Tantangan Kualitas Sumberdaya Manusia Abad 21, Jakarta: Intermasa, 1997

Tidak ada komentar: