Bahasan ini
sebaiknya diawali dengan pemaparan secara singkat menyangkut
pemahaman-pemahaman Agama dan Pekerjaan sosial sehingga kemudian dapat dengan
mudah menelisik lebih dalam pada aspek-aspek dimana urgensi integrasi antara
pendekatan keagamaan dan pendekatan modern dalam praktek pekerjaan sosial.
Agama dalam konteks ini akan
didefinisihkan secara operasional sehingga dapat dipahami lebih membumi
sedangkan pendekatan modern pekerjaan sosial akan di artikulasikan kedalam
wacana keilmuan modern pekerjaan sosial.
Pemahaman Agama, suatu definisi yang dapat mewakili
secara keseluruhan tentang agama yang begitu banyak ragam dan jenisnya bukanlah
mudah bahkan mungkin tidak dapat dilakukan. Namun mendefinisikannya haruslah
tetap dilakukan untuk dapat membatasi arah sesuai tujuan pendefinisian
dimaksud. Dalam
kaitan itu, ada beberapa pendapat yang akan dikemukakan dalam tulisan ini.
Agama bagi Giddens
(2005)[1] adalah media pengorganisasian
bagi kepercayaan yang tidak sekedar satu arah. Bukan hanya iman dan kekuatan
religius yang menyediakan dukungan yang secara takdir dapat dijadikan sandaran:
Demikian juga para fungsionaris keagamaan. Yang terpenting adalah bahwa
kepercayaan religius biasanya menginjeksikan reliabilitas ke dalam pengalaman pelbagai peristiwa dan
situasi dan dari suatu kerangka
Agama
juga disinonimkan dengan Religion berasal dari kata Latin “religio”,
berarti “tie-up” dalam bahasa
Inggris, Religion dapat diartikan “having engaged ‘God’ atau ‘The
Sacred Power’.
Secara umum di
Indonesia, Agama dipahami sebagai sistem kepercayaan, tingkah laku, nilai,
pengalaman dan yang
terinstitusionalisasi, diorientasikan kepada masalah spiritual/ritual yang
disalingtukarkan dalam sebuah komunitas dan diwariskan antar generasi dalam
tradisi.
Berangkat dari
beberapa pemahaman diatas, dapat ditarik beberapa point tentang pengertian
agama bahwa agama adalah kodifikasi
kepercayaan, praktik ibadat, hukum etika, keanggotaan denominasi, eksternal dan memasukkan
spiritualitas di dalamnya.
Penegasan yang ingin ditekankan pada
pemahaman keagamaan disini adalah bahwa konsekwensi pemahaman keagaman yang
kaku dan tidak bersifat scientific
justru akan memunculkan berbagai stigmatisasi negative terhadap peran penting
agama dalam relasi kemanusiaan sesuai mandat pekerjaan sosial. Stigmatisasi
tersebut berpandangan bahwa agama adalah dogmatism,
rigidity dan gender bias,
excessive self-blaming, Fatalistik dan status quo serta dianggap tidak peduli dengan urusan kekinian
di dunia.
Apa itu pekerjaan sosial, pekerjaan sosial adalah profesi kemanusiaan yang telah lahir cukup lama.
Sejak kelahirannya sekitar 1800-an.[2]
Purifikasi peksos terus berlanjut sejalan dengan tuntutan perubahan dan
aspirasi masyarakat. Namun demikian, seperti halnya profesi lain (Guru, Dosen, Dokter), fondasi
dan prinsip dasar pekerjaan sosial tidak mengalami perubahan.
Pekerjaan sosial berbeda dengan profesi lain, semisal psikolog, dokter atau
psikiater. Dalam praktek kerjanya dia senantiasa harus melibatkan aspek-aspek
diluar klien dalam penyelesaian masalahnya. Artinya, bahwa mandat utama pekerja
sosial adalah memberikan pelayanan sosial baik kepada individu, keluarga,
kelompok, maupun masyarakat yang membutuhkannya
sesuai dengan nilai-nilai, pengetahuan dan ketrampilan professional
pekerjaan sosial.
Selain itu, pekerjaan sosial juga merupakan aktivitas professional untuk
menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki
kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-kondisi
masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan dimaksud. Sebagai suatu
aktivitas professional, pekerjaan sosial dilandasi dengan vondamen utama
berupa; kerangka pengetahuan, kerangka keahlian dan kerangka nilai.
Dalam konferensi internasional di Montreal Kanada, juli 2000, IFSW
mendefinisikan pekerjaan sosial sebagai Profesi yang mendorong pemecahan
masalah dalam kaitannya dengan relasi kemanusiaan. Perubahan sosial,
pemberdayaan dan pembebasan manusia, serta perbaikan masyarakat. Menggunakan
teori-teori perilaku manusia dan sistem-sistem
sosial. Pekerjaan sosial melakukan intervensi pada titik dimana orang
berinteraksi dan keadilan sosial merupakan sangat penting bagi pekerjaan
sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar